Sejarah

Jejak Langkah Menyemai Harapan: Kisah Lahirnya Sekolah Alam Magelang

 

Di sebuah sudut tenang tepatnya di dusun Krajan I RT 15 RW 05, kecamatan Secang Kabupaten Magelang, tumbuh sebuah harapan yang sederhana namun besar menghadirkan pendidikan yang mencerdaskan dan memanusiakan. Sekolah Alam Magelang atau yang sekarang disebut SDIT Alam Al Hikmah Secang yang di singkat SAH resmi berdiri pada tanggal 2 Mei 2010.

Latar belakang berdirinya sekolah ini didasari oleh keprihatinan terhadap sistem pembelajaran konvensional yang seringkali kurang memberikan ruang bagi ekspresi, kreativitas, serta hubungan emosional dengan alam dan sesama. Sekolah ini memiliki tujuan utama membentuk generasi khalifatul fil ardh, yaitu pemimpin berkarakter yang mampu membawa kemaslahatan di muka bumi. Dengan semangat turut serta dalam mencerdaskan kehidupan anak bangsa, Yayasan Pendidikan Alqur’an Sirojuddin Ikhsan wilayah utara yang saat itu diketuai oleh Alm. Bapak Safrodin Eko BS dan  para perintis menyewa lahan sekitar 2000 m2 untuk di jadikan “babat alas” memulai kegiatan pembelajaran sekolah.

Sejak awal berdirinya, sekolah ini telah memiliki  20 siswa. Kemudian berjalannya waktu mendapt tambahan 2 siswa pindahan. Di awal pendirian, sekolah memiliki  4 guru dan 2 tenaga usaha (TU) di bawah pimpinan  Dwi Susanto sekaligus perintis sekolah. Dengan slogan “Working Together for the Universe” (Bersama Berkarya unuk Semesta),  SAH dibangun atas dasar keyakinan bahwa belajar tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi juga melalui interaksi aktif dan bermakna dengan alam sekitar. Tujuannya adalah mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga peka terhadap lingkungan, sosial, dan spiritualitas.

Suasana di SAH sangat khas, membedakannya dari sekolah-sekolah konvensional pada umumnya. Lingkungannya yang asri dan alami menciptakan atmosfer belajar yang tenang, menyenangkan, dan menumbuhkan semangat eksplorasi. Salah satu elemen paling ikonik dari sekolah ini adalah sebatang pohon kelengkeng besar yang tumbuh megah di tengah area sekolah. Pohon ini bukan hanya menjadi peneduh dan pusat kegiatan bermain anak-anak, tetapi juga simbol dari kepedulian lingkungan yang dijunjung tinggi oleh sekolah. Meski pohon kelengkeng tersebut telah berulang kali ditawar untuk dibeli dan ditebang oleh beberapa pihak, sekolah tegas menolaknya. Keputusan ini diambil sebagai bentuk nyata dari komitmen menjaga kelestarian alam dan menanamkan nilai-nilai konservasi sejak dini kepada anak. Pohon tersebut kini menjadi saksi hidup dari tumbuh kembang anak-anak yang belajar, bermain, bahkan berdiskusi dan berteduh di bawah rindangnya.

Lebih dari itu, lokasi sekolah yang dikelilingi oleh area persawahan yang hijau dan subur menjadikan proses pembelajaran semakin kaya akan pengalaman nyata. Anak-anak dapat langsung menyaksikan proses pertanian, berinteraksi dengan petani lokal, hingga memahami siklus kehidupan tanaman dari mulai semai hingga panen. Interaksi ini bukan hanya memperkaya wawasan mereka, tetapi juga membentuk kepekaan sosial dan empati terhadap kehidupan petani dan pentingnya menjaga keseimbangan alam.

Ada banyak kisah menarik dan menyentuh dari anak-anak yang tumbuh bersama alam SAH. Saat musim hujan tiba, anak-anak dengan ceria berlarian di pematang sawah, menangkap air hujan, dan bermain lumpur sambil belajar tentang irigasi dan ekosistem sawah. Guru yang mendampingi justru mendorong mereka untuk merasakan langsung bagaimana tanah, air, dan tumbuhan saling terhubung. Di sela-sela itu, anak-anak saling bercerita, tertawa, bahkan menenangkan teman yang takut cacing tanah dengan pelukan hangat. Suasana ini menunjukkan bahwa di SAH, anak-anak belajar bukan hanya dengan kepala, tetapi juga dengan hati.

Lingkungan yang demikian mendukung tidak hanya menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan, tetapi juga menumbuhkan kecintaan terhadap bumi, tanggung jawab sosial, dan kepekaan terhadap makhluk hidup lainnya. Di SAH tidak hanya mendidik anak menjadi pandai, tetapi juga menjadikan mereka manusia yang utuh: berpikir tajam, berhati lembut, dan bertindak bijaksana. Dengan segala keunikan, kearifan lokal, dan kedekatan emosional dengan alam, SAH terus tumbuh sebagai oase pendidikan yang membebaskan, memberdayakan, dan menghidupkan semangat anak-anak untuk menjadi pribadi yang merdeka, bertanggung jawab, dan cinta semesta.